Minggu, 03 Januari 2016

kata paling indah adalah " IBU" (part 2)


πŸ“š KELUARGA

πŸ“ Pemateri: Ustadzah Eko Yuliarti Siroj, SpdI

πŸ“‹ Ibu Mulia Itu, Ibunda Kita Semua (bag. 2)

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸπŸŒΉ

πŸ“šIbu hadir untuk menguatkan ayah saat masalah melanda keluarga.

Ini bukan tentang siapa yang salah. Ketika Allah SWT memberikan hukuman/kesulitan kepada Adam As dan Hawa, tak pernah terlintas dalam fikiran ini kesalahan siapa? Akan tetapi keduanya menyadari bahwa ini masalah bersama. Maka mari sama-sama kita cari jalan keluar bersama.
πŸ“Œ“Dan mulailah keduanya menutupi aurat mereka dengan daun-daun di surga...”(Al-A’raf:22).

Ibu dan ayah perlu sama-sama kuat dan giat menghadapi masalah di keluarga. Tanpa harus berfikir siapa yang menyebabkan masalah ini muncul. Masalah seringkali menjadi semakin runcing ketika kesalahan ditumpukan kepada ayah sehingga ibu merasa di atas angin atau ditumpukan kepada ibu sehingga ia merasa sangat terpuruk. Namun ibunda Hawa memberikan teladan bahwa segera keluar dari masalah dan carilah solusi bersama.

πŸ“šIbu berada di garda depan dalam memohon ampunan dan perlindungan Allah SWT.

Taubat dan do’a dilantunkan bukan hanya oleh nabi Adam As akan tetapi dilantunkan bersama ibunda Hawa. Keduanya memohon ampun kepada Allah SWT. Diluar kekompakan ayah ibu dalam berdo’a kepada Allah, do’a ibu memiliki keistimewaan tersendiri. Do’anya didengar dan dijamin Allah SWT untuk dikabulkan sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah riwayat tentang kisah do’a seorang ibu di zaman nabi Musa As.

πŸ“ŒPada suatu ketika, Musa A.S bertanya kepada Allah Azza wa Jalla, “Ya Allah, siapa yang akan menjadi sahabatku di surga?”  Allah menjawab “Seorang tukang daging.” Musa pun terkejut mendengarnya! “Kenapa seorang tukang daging menjadi sahabatku di surga?” Kemudian dia bertanya kepada Allah “Dimana aku bisa menemukan orang ini?” Allah memberitahunya bahwa orang ini ada di tempat demikian dan demikian. Dan Musa A.S. pergi menemui tukang daging ini. Sesampainya disana, ternyata dia sedang memotong daging dagangannya. Musa A.S. berpikir “Apa yang begitu spesial tentang orang ini?” Ketika senja tiba dan dia selesai menjual daging-dagingnya, pria ini memungut sepotong daging dan membawanya pulang. Musa A.S. mulai mengikuti pria ini sampai ke rumahnya dan berkata padanya “Aku seorang pengelana. Akankah kau menerimaku sebagai tamu?” Orang itu berkata “Silahkan masuk.” Jadi dia mempersilahkan Musa A.S. ke dalam rumahnya, dan Musa A.S.mulai mengamati pria ini. Dia melihat pria ini mengambil sepotong daging yang dia bawa, kemudian mencuci dan memotongnya,  memasaknya, dan menempatkannya di atas piring. Dan dari rak yang tinggi di ruangan itu, dia mengambil sebuah keranjang dan menurunkannya. Kemudian dia mengambil kain yang basah, dan dari dalam keranjang itu ternyata ada seorang wanita tua. Kemudian dia menggendong wanita tua itu, bagaikan seseorang menggendong bayi.

Kemudian dia mengambil daging yang telah dimasaknya, dan menyuapi wanita tua itu (dalam riwayat yang lain dikatakan dia mengunyah dagingnya baru menyuapi wanita tua itu). Dan setiap kali wanita itu selesai mengunyah, dia mengambil kain yang basah dan menyeka bersih mulut wanita itu, begitu seterusnya. Ketika makanannya sudah habis, dia membersihkan mulut wanita itu, menaruhnya kembali ke dalam keranjang, dan menaruh keranjang itu kembali di rak yang tinggi. Musa A.S. menyadari bahwa setiap kali pria itu menyuapinya, wanita itu membisikinya sesuatu. Jadi dia bertanya padanya "Siapakah wanita tua itu dan apa yang dibisikkannya padamu, saudaraku?" Pria itu berkata “Dia ibuku. Aku sangat miskin sehingga tidak dapat membeli makanan untuk dimasak di rumah. Jadi aku mengambil sisa-sisa daging di tempat kerja dan membawanya ke rumah untuk dimasak Dan karena ibuku sangat tua dan lemah, sedangkan aku tidak punya uang untuk membeli budak/pembantu, jadi aku melakukannya seorang diri.” Kemudian Musa A.S. bertanya “Jadi apa yang dibisikkannya kepadamu setiap kali kau menyuapinya?” Pria itu berkata “Dia berdo’a untukku: ‘Ya Allah, jadikan anakku menjadi sahabat Musa di surga.’"

Subhanallah, inilah kekuatan do’a seorang ibu.

πŸ“šIbu hadir untuk merawat, membesarkan dan membimbing anak-anaknya.

Dalam kisah lain kita mengetahui bahwa ibunda Hawa melahirkan anak yang banyak dengan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Riwayat menyebutkan bahwa di antara putra-putri nabi Adam As ada yang rupawan, cantik, tidak terlalu rupawan, tidak terlalu cantik, ada yang cerdas, pintar, juga tidak terlalu cerdas dan pintar. Semua membawa kepribadian masing-masing. Diantara mereka ada yang sholih solihah namun ada juga yang berbuat fujur (menyimpang).

Tidak ada ibu yang menginginkan anaknya berbuat salah atau jahat.

Seluruh ibu pasti menginginkan anak-anak yang baik, solih, solihah, cerdas, pintar dan maju. Dan setiap ibu akan berjuang demi keberhasilan anak-anaknya. Jika ada di antara anak yang tumbuh tidak sesuai dengan keinginan orang tua,  (jika ibu sudah maksimal membimbing dan merawat anaknya) maka tidak perlu kita menyalahkan ibu. Karena demikianlah Allah SWT memberikan taqdir  yang berbeda kepada setiap manusia. Yang terpenting adalah setiap ibu berusaha maksimal merawat, mendidik dan membimbing anak-anaknya.

Dan ibunda Hawa menjadi teladan bagaimana ia berusaha maksimal merawat dan mendidik anak-anaknya, walau ada diantara mereka yang tidak sesuai dengan harapan yaitu tidak taat dengan aturan Allah SWT.

✨✨πŸ’ž✨✨πŸ’ž✨✨

πŸ”ΉIbunda Hawa adalah ibu dari para ibu, yang perjalanan hidupnya Allah SWT abadikan dalam Al-Qur’an agar menjadi teladan untuk para ibu. Menjadi teladan bagi para ayah bagaimana berinteraksi dengan pasangan agar ia menjadi ibu yang hebat.

πŸ”ΉIbunda Hawa adalah ibu yang mulia memberi ketenangan kepada suaminya. Namun kemuliaan itu ia dapatkan karena ia pun mendapatkan ketenangan dari suaminya.

πŸ”ΉIbunda Hawa adalah ibu yang menyadari bahwa do’anya didengar Allah SWT. Oleh karenanya ia turut berdo’a bersama suaminya memohon ampunan dan bimbingan dari Allah SWT.

πŸ”ΉIbunda Hawa adalah ibu yang melahirkan banyak anak, merawat, mendidik dan membesarkan mereka hingga kemudian Allah SWT menetapkan takdir untuk masing-masing anaknya. Tidak ada kutukan atau sumpah serapah bagi anak yang tumbuh tidak sesuai harapan, karena bukan itu tugas seorang ibu. Kembalikan semua kepada Allah SWT.

πŸ”ΉIbunda Hawa adalah symbol kesetaraan dan persaudaraan. Bahwa umat manusia berasal dari ibu yang satu. Tak layak seseorang atau sekelompok orang merasa lebih utama
dari yang lainnya. Tak patut manusia saling bermusuhan karena sesungguhnya mereka bersaudara.

πŸ”ΉIbunda Hawa adalah ibu peradaban. Ibu yang tidak hanya hadir untuk anak cucunya akan tetapi hadir untuk generasi yang sangat panjang. Ibu peradaban adalah ibu yang tidak hanya siap dengan kuantitas tapi juga siap dengan kualitas.

πŸ’«πŸ’«πŸŒΊπŸ’«πŸ’«πŸŒΊπŸ’«πŸ’«

Saat banyak orang merayakan hari ibu, marilah kita memaknai kembali arti kata “IBU” dengan meneladani ibunda manusia “Hawa”. Seyogyanya momen hari ibu kita jadikan momen untuk semua elemen keluarga mencoba mengejawantahkan makna kata “IBU”.

πŸ”ΉPara ibu berusaha menjadi ibu mulia seperti yang dicontohkan ibunda Hawa.
πŸ”ΉPara ayah membantu para ibu untuk menjadi ibu hebat, berkepribadian seperti ibunda Hawa.
πŸ”ΉAnak cucu meningkatkan khidmah dan perbuatan baik tak kenal lelah untuk mendapatkan ridho ibu. Menjadikan ridhonya sebagai pintu-pintu keberkahan dan kebaikan dunia dan akhirat.

Selain hari ini, hari ibu berada di sepanjang hidup kita. Kalaupun sebagian orang secara khusus menjadikan hari ini sebagai hari ibu, maka itulah hari dimana kita terus bersyukur, bermuhasabah, dan merencanakan kebaikan-kebaikan yang akan kita lakukan kepada ibu kita.

πŸ’πŸŽ Sudahkah hari ini kita menyapa dan mendo’akan ibu kita???

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

sumber : Kajian Iman dan Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar