π KELUARGA
π Pemateri: Ustadzah Eko Yuliarti Siroj, SpdI
π Ibu Mulia Itu, Ibunda Kita Semua (bag. 2)
πΏπΊπππΌππ·ππΉ
πIbu hadir untuk menguatkan ayah saat masalah melanda
keluarga.
Ini
bukan tentang siapa yang salah. Ketika Allah SWT memberikan hukuman/kesulitan
kepada Adam As dan Hawa, tak pernah terlintas dalam fikiran ini kesalahan
siapa? Akan tetapi keduanya menyadari bahwa ini masalah bersama. Maka mari
sama-sama kita cari jalan keluar bersama.
π“Dan mulailah keduanya menutupi aurat mereka
dengan daun-daun di surga...”(Al-A’raf:22).
Ibu
dan ayah perlu sama-sama kuat dan giat menghadapi masalah di keluarga. Tanpa
harus berfikir siapa yang menyebabkan masalah ini muncul. Masalah seringkali
menjadi semakin runcing ketika kesalahan ditumpukan kepada ayah sehingga ibu
merasa di atas angin atau ditumpukan kepada ibu sehingga ia merasa sangat
terpuruk. Namun ibunda Hawa memberikan teladan bahwa segera keluar dari masalah
dan carilah solusi bersama.
πIbu berada di garda depan dalam memohon ampunan
dan perlindungan Allah SWT.
Taubat
dan do’a dilantunkan bukan hanya oleh nabi Adam As akan tetapi dilantunkan
bersama ibunda Hawa. Keduanya memohon ampun kepada Allah SWT. Diluar kekompakan
ayah ibu dalam berdo’a kepada Allah, do’a ibu memiliki keistimewaan tersendiri.
Do’anya didengar dan dijamin Allah SWT untuk dikabulkan sebagaimana yang
dijelaskan dalam sebuah riwayat tentang kisah do’a seorang ibu di zaman nabi Musa
As.
πPada suatu ketika, Musa A.S bertanya kepada
Allah Azza wa Jalla, “Ya Allah, siapa yang akan menjadi sahabatku di
surga?” Allah menjawab “Seorang tukang
daging.” Musa pun terkejut mendengarnya! “Kenapa seorang tukang daging menjadi
sahabatku di surga?” Kemudian dia bertanya kepada Allah “Dimana aku bisa
menemukan orang ini?” Allah memberitahunya bahwa orang ini ada di tempat
demikian dan demikian. Dan Musa A.S. pergi menemui tukang daging ini.
Sesampainya disana, ternyata dia sedang memotong daging dagangannya. Musa A.S.
berpikir “Apa yang begitu spesial tentang orang ini?” Ketika senja tiba dan dia
selesai menjual daging-dagingnya, pria ini memungut sepotong daging dan
membawanya pulang. Musa A.S. mulai mengikuti pria ini sampai ke rumahnya dan berkata
padanya “Aku seorang pengelana. Akankah kau menerimaku sebagai tamu?” Orang itu
berkata “Silahkan masuk.” Jadi dia mempersilahkan Musa A.S. ke dalam rumahnya,
dan Musa A.S.mulai mengamati pria ini. Dia melihat pria ini mengambil sepotong
daging yang dia bawa, kemudian mencuci dan memotongnya, memasaknya, dan
menempatkannya di atas piring. Dan dari rak yang tinggi di ruangan itu, dia
mengambil sebuah keranjang dan menurunkannya. Kemudian dia mengambil kain yang
basah, dan dari dalam keranjang itu ternyata ada seorang wanita tua. Kemudian
dia menggendong wanita tua itu, bagaikan seseorang menggendong bayi.
Kemudian
dia mengambil daging yang telah dimasaknya, dan menyuapi wanita tua itu (dalam
riwayat yang lain dikatakan dia mengunyah dagingnya baru menyuapi wanita tua
itu). Dan setiap kali wanita itu selesai mengunyah, dia mengambil kain yang
basah dan menyeka bersih mulut wanita itu, begitu seterusnya. Ketika makanannya
sudah habis, dia membersihkan mulut wanita itu, menaruhnya kembali ke dalam
keranjang, dan menaruh keranjang itu kembali di rak yang tinggi. Musa A.S.
menyadari bahwa setiap kali pria itu menyuapinya, wanita itu membisikinya
sesuatu. Jadi dia bertanya padanya "Siapakah wanita tua itu dan apa yang
dibisikkannya padamu, saudaraku?" Pria itu berkata “Dia ibuku. Aku sangat
miskin sehingga tidak dapat membeli makanan untuk dimasak di rumah. Jadi aku
mengambil sisa-sisa daging di tempat kerja dan membawanya ke rumah untuk
dimasak Dan karena ibuku sangat tua dan lemah, sedangkan aku tidak punya uang
untuk membeli budak/pembantu, jadi aku melakukannya seorang diri.” Kemudian
Musa A.S. bertanya “Jadi apa yang dibisikkannya kepadamu setiap kali kau
menyuapinya?” Pria itu berkata “Dia berdo’a untukku: ‘Ya Allah, jadikan anakku
menjadi sahabat Musa di surga.’"
Subhanallah,
inilah kekuatan do’a seorang ibu.
πIbu hadir untuk merawat, membesarkan dan
membimbing anak-anaknya.
Dalam
kisah lain kita mengetahui bahwa ibunda Hawa melahirkan anak yang banyak dengan
berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Riwayat menyebutkan bahwa di
antara putra-putri nabi Adam As ada yang rupawan, cantik, tidak terlalu
rupawan, tidak terlalu cantik, ada yang cerdas, pintar, juga tidak terlalu
cerdas dan pintar. Semua membawa kepribadian masing-masing. Diantara mereka ada
yang sholih solihah namun ada juga yang berbuat fujur (menyimpang).
Tidak
ada ibu yang menginginkan anaknya berbuat salah atau jahat.
Seluruh
ibu pasti menginginkan anak-anak yang baik, solih, solihah, cerdas, pintar dan
maju. Dan setiap ibu akan berjuang demi keberhasilan anak-anaknya. Jika ada di
antara anak yang tumbuh tidak sesuai dengan keinginan orang tua, (jika ibu sudah maksimal membimbing dan
merawat anaknya) maka tidak perlu kita menyalahkan ibu. Karena demikianlah
Allah SWT memberikan taqdir yang berbeda
kepada setiap manusia. Yang terpenting adalah setiap ibu berusaha maksimal
merawat, mendidik dan membimbing anak-anaknya.
Dan
ibunda Hawa menjadi teladan bagaimana ia berusaha maksimal merawat dan mendidik
anak-anaknya, walau ada diantara mereka yang tidak sesuai dengan harapan yaitu
tidak taat dengan aturan Allah SWT.
✨✨π✨✨π✨✨
πΉIbunda Hawa adalah ibu dari para ibu, yang
perjalanan hidupnya Allah SWT abadikan dalam Al-Qur’an agar menjadi teladan
untuk para ibu. Menjadi teladan bagi para ayah bagaimana berinteraksi dengan
pasangan agar ia menjadi ibu yang hebat.
πΉIbunda Hawa adalah ibu yang mulia memberi
ketenangan kepada suaminya. Namun kemuliaan itu ia dapatkan karena ia pun
mendapatkan ketenangan dari suaminya.
πΉIbunda Hawa adalah ibu yang menyadari bahwa
do’anya didengar Allah SWT. Oleh karenanya ia turut berdo’a bersama suaminya
memohon ampunan dan bimbingan dari Allah SWT.
πΉIbunda Hawa adalah ibu yang melahirkan banyak
anak, merawat, mendidik dan membesarkan mereka hingga kemudian Allah SWT
menetapkan takdir untuk masing-masing anaknya. Tidak ada kutukan atau sumpah
serapah bagi anak yang tumbuh tidak sesuai harapan, karena bukan itu tugas
seorang ibu. Kembalikan semua kepada Allah SWT.
πΉIbunda Hawa adalah symbol kesetaraan dan
persaudaraan. Bahwa umat manusia berasal dari ibu yang satu. Tak layak
seseorang atau sekelompok orang merasa lebih utama
dari
yang lainnya. Tak patut manusia saling bermusuhan karena sesungguhnya mereka
bersaudara.
πΉIbunda Hawa adalah ibu peradaban. Ibu yang
tidak hanya hadir untuk anak cucunya akan tetapi hadir untuk generasi yang
sangat panjang. Ibu peradaban adalah ibu yang tidak hanya siap dengan kuantitas
tapi juga siap dengan kualitas.
π«π«πΊπ«π«πΊπ«π«
Saat
banyak orang merayakan hari ibu, marilah kita memaknai kembali arti kata “IBU”
dengan meneladani ibunda manusia “Hawa”. Seyogyanya momen hari ibu kita jadikan
momen untuk semua elemen keluarga mencoba mengejawantahkan makna kata “IBU”.
πΉPara ibu berusaha menjadi ibu mulia seperti
yang dicontohkan ibunda Hawa.
πΉPara ayah membantu para ibu untuk menjadi ibu
hebat, berkepribadian seperti ibunda Hawa.
πΉAnak cucu meningkatkan khidmah dan perbuatan
baik tak kenal lelah untuk mendapatkan ridho ibu. Menjadikan ridhonya sebagai
pintu-pintu keberkahan dan kebaikan dunia dan akhirat.
✏
Selain hari ini, hari ibu berada di sepanjang hidup kita. Kalaupun sebagian
orang secara khusus menjadikan hari ini sebagai hari ibu, maka itulah hari
dimana kita terus bersyukur, bermuhasabah, dan merencanakan kebaikan-kebaikan
yang akan kita lakukan kepada ibu kita.
ππ Sudahkah hari ini kita menyapa dan mendo’akan
ibu kita???
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
sumber : Kajian Iman dan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar