Refleksi Faham Qadariyah dan
Jabariyah: Sebuah Perbandingan tentang Musibah
Dalam paham Jabariyah, berkaitan
dengan perbuatannya, manusia digambarkan bagai kapas yang melayang di udara
yang tidak memiliki sedikit pun daya untuk menentukan gerakannya yang
ditentukan dan digerakkan oleh arus angin. Sedang yang berpaham Qadariyah akan
menjawab, bahwa perbuatan manusia ditentukan dan dikerjakan oleh manusia, bukan
Allah. Dalam paham Qadariyah, berkaitan dengan perbuatannya, manusia
digambarkan sebagai berkuasa penuh untuk menentukan dan mengerjakan
perbuatannya.
Pada perkembangan selanjutnya, paham
Jabariyah disebut juga sebagai paham tradisional dan konservatif dalam Islam
dan paham Qadariyah disebut juga sebagai paham rasional dan liberal dalam
Islam. Kedua paham teologi Islam tersebut melandaskan diri di atas dalil-dalil
naqli (agama) - sesuai pemahaman masing-masing atas nash-nash agama (Alquran
dan hadits-hadits Nabi Muhammad) - dan aqli (argumen pikiran). Di negeri-negeri
kaum Muslimin, seperti di Indonesia, yang dominan adalah paham Jabariyah. Orang
Muslim yang berpaham Qadariyah merupakan kalangan yang terbatas atau hanya
sedikit dari mereka.
Kedua paham itu dapat dicermati pada
suatu peristiwa yang menimpa dan berkaitan dengan perbuatan manusia, misalnya,
kecelakaan pesawat terbang. Bagi yang berpaham Jabariyah biasanya dengan enteng
mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah kehendak dan perbuatan Allah. Sedang,
yang berpaham Qadariyah condong mencari tahu di mana letak peranan manusia pada
kecelakaan itu.
Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing. Pada paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa yang berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusia melalui suatu investigasi.
Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing. Pada paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa yang berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusia melalui suatu investigasi.
Dengan demikian, dalam paham
Qadariyah, selain manusia dinyatakan sebagai makhluk yang merdeka, juga adalah
makhluk yang harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Posisi manusia demikian
tidak terdapat di dalam paham Jabariyah. Akibat dari perbedaan sikap dan posisi
itu, ilmu pengetahuan lebih pasti berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang
Jabariyah.
Dalam hal musibah gempa dan tsunami
baru-baru ini, karena menyikapinya sebagai kehendak dan perbuatan Allah, bagi
yang berpaham Jabariyah, sudah cukup bila tindakan membantu korban dan memetik
"hikmat" sudah dilakukan.
Sedang hikmat yang dimaksud hanya
berupa pengakuan dosa-dosa dan hidup selanjutnya tanpa mengulangi dosa-dosa.
Sedang bagi yang berpaham Qadariyah, meski gempa dan tsunami tidak secara
langsung menunjuk perbuatan manusia, namun mengajukan pertanyaan yang harus
dijawab: adakah andil manusia di dalam "mengganggu" ekosistem
kehidupan yang menyebabkan alam "marah" dalam bentuk gempa dan
tsunami? Untuk itu, paham Qadariyah membenarkan suatu investigasi
(pencaritahuan), misalnya, dengan memotret lewat satelit kawasan yang dilanda musibah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar