LAPORAN HASIL OBSERVASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(TUNANETRA)
Mata
Kuliah : Pendidikan Inklusi
Dosen
: Dedi Mulia, M.Pd

Disusun
oleh
1. Ari
Ramadhan ( 2227140)
2. Supartini
( 2227140961)
3. Siti
Zakiyah (2227140974)
4. Hafifah
(222714)
Kelas : III/C
Jurusan
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015-2016
Kata Pengantar
Syukur
alhamdulillah kami panjatkan kehadirat
ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Walau pun dalam
penyelesaiannya banyak sekali
mendapat hambatan – hambatan, namun pada
akhirnya semua hambatan tersebut dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan
Inklusi. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
mengenali dan memahami anak berkebutuhan
khusus yang mengalami hambatan dalam penglihatan
(Tunanetra),
Kami menyadari, bahwa dengan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan kami dalam penyusunan makalah
ini, dirasakan masih jauh dari sempurna, maka untuk itu kami menerima
segala kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan
segala amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH
SWT. Harapan kami mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Serang,
September 2015
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar................................................................................................................. i
Daftar
Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang..............................................................................................
B.
Rumusan
Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................................
D. Manfaat Penulisn...........................................................................................
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Definisi Anak
Berkebutuhan Khusus............................................................ 5
B.
Definisi Anak Tunanetra............................................................................... 6
C.
Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (Tunanetra).......................... 7
D.
Klasifikasi Tunanetra................................................................................... 8
E.
Layanan Pendidikan
Tunanetra.................................................................... 9
F.
Prinsip – prinsip pembelajaran
anak Tunanetra............................................. 10
G.
Fasilitas atau Alat-alat yang Diperlukan dalam Belajar Anak Tunanetra.........
BAB III PEMBAHASAN
A. Profil sekolah.............................................................................................
B. Identitas Siswa...........................................................................................
C. Pelaksanaan Observasi...............................................................................
1. Tempat Observasi................................................................................
2. Waktu Observasi.................................................................................
3. Subjek Penelitian..................................................................................
4. Hasil Observasi....................................................................................
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................
Saran...............................................................................................................
Lampiran.........................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kegiatan observasi ini
merupakan kegiatan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Inklusi di Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kegiatan
observasi ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal secara langsung anak anak
yang berkebutuhan khusus, terutama anak yang mengalami tunanetra. Dengan mata
kuliah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa sebagai calon guru
dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik berkebutuhan khusus agar
keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Setelah dilakukan
identifikasi, selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai kebutuhan
masing-masing yang kemudian sebagai acuan untuk pemberian layanan Pendidikan
Khusus secara inklusif. Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No.70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta
didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat
istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan
hak asasinya yang diselenggarakan secara inklusif.
Yang dimaksud dengan pendidikan
inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada semua peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda
dengan anak pada umumnya. Mengalami hambatan dalam belajar dan
perkembangan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan belajar masing-masing anak.
Klasifikasi anak berkebutuhan
khusus diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras,anak autis, anak lamban belajar dan anak dengan kecerdasan istimewa
(gifted and talented).
Pada kesempatan ini dilakukan
observasi ke Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang yang merupakan salah satu
sekolah negeri bagi anak berkebutuhan khusus.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar
anak tunanetra?
2. Sebutkan apa saja karakteristik anak yang
tunanetra?
3. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam
mengajar anak tunanetra?
4. Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang
diberikan pada anak tunanetra?
1.3 Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana kegiatan
belajar mengajar anak mengalami gangguan penglihatan (tunanetra).
2. Untuk mengetahui karakteristik anak yang tunanetra.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam
mengajar anak tunanetra.
4. Untuk mengetahui layanan pendidikan yang sesuai untuk
anak tunanetra.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dari
penulisan makalah ini yakni untuk memberikan informasi dan pemahaman konseptual
mengenai anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan
(Tunanetra) di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus
(Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah
Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik
yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.
B.
Definisi Anak
Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Definisi Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah
individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.
sedangkan media yang bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di
sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi
dan Mobilitas. Orientasi
dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan
arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium).
C.
Karakteristik Anak
dengan Kebutuhan Khusus (Tunanetra)
Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki
karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Berikut ini ciri-ciri yang menonjol dari anak dengan kebutuhan khusus
(tunanetra).
Ciri-ciri
tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan adalah sebagai berikut,
tidak mampu melihat, tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, kerusakan
nyata pada kedua bola mata, sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, bagian bola mata yang
hitam berwarna keruh/besisik/kering, peradangan hebat pada kedua bola mata,
mata bergoyang terus.
D.
Klasifikasi Tunanetra
Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Totally Blind) dan low vision.
1)
Kelompok yang
mengalami keterbatasan penglihatan:
·
Mengenal bentuk atau
obyek dari berbagai jarak
·
Menghitung jari dari
berbagai jarak
·
Tidak mengenal tangan
yang digerakkan
2)
Kelompok yang
Mengalami Keterbatasan Penglihatan yang Berat (Buta) :
·
Yang tergolong
mempunyai persepsi cahaya (light perception)
·
Yang tergolong tidak
memiliki persepsi cahaya (no light perception)
E.
Layanan Pendidikan Tunanetra
Layanan
Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi:
·
Mereka mampu membaca
cetakan standart
·
Mampu membaca cetakan
standart dengan menggunakan kaca pembesar
·
Mampu membaca cetakan
besar (ukuran huruf:18)
·
Mampu membaca cetakan
kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
·
Membaca cetakan besar
dengan kaca pembesar
·
Menggunakan Braille
tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas)
·
Menggunakan Braille
tetapi tidak punya persepsi cahaya
F.
Prinsip – prinsip pembelajaran anak Tunanetra
Dalam
pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan,
antara lain :
1) Prinsip Individual
Prinsip
individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun
pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan
individu. Pada siswa yang mengalami ketunanetraan harus ada beberapa perbedaan
layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta total. Prinsip
layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang
strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan dasar
terhadap perlunya (Individual Education Program – IEP).
2) Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra
mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Strategi
pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung terhadap objek, atau
situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba, mendengar, mencium,
mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low
vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan komponen alat/media dan
lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia
alat atau media pembelajaran yang mendukung dan relevan.
3) Prinsip totalitas
Strategi
pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh
pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru
mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu
dalam memahami sebuah konsep. Dalam bahasa Bower (1986) gagasan ini disebut
sebagai multi sensory approach, yaitu penggunaan semua alat indera yang masih
berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek.
4) Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)
Strategi
pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara
aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah
fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang
membangkitkan keinginannya untuk belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa
strategi pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami,
bukan mendengar dan mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap
perlunya siswa mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh
fakta atau konsep. Isi pelajaran (fakta, konsep) adalah penting bagi anak,
tetapi akan lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna
mendapatkan isi pelajaran tersebut.
Pola
Pembelajaran
Permasalahan
pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian.
Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak
berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan
kurikulum. Dalam strategi pembelajaran, tugas guru adalah mencermati setiap
bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus
mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus
dihilangkan sama sekali.
G.
Fasilitas atau
Alat-alat yang Diperlukan dalam Belajar AnakTunanetra
Alat
pendidikan bagi tunanetra dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat
pendidikan khusus, alat bantu dan alat peraga.
a) Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain:
1. Reglet dan pena atau stilus
2. Mesin tik Braille
3. Komputer dengan program Braille
4. Printer Braille
5. Abacus
6. Calculator bicara
7. Kertas braille
8. Penggaris Braille
9. Kompas bicara
10. Tongkat putih
11. Tongkat Laser (Laser
Cane)
12. Sonic Guide (Penuntun Bersuara).
b) Alat Peraga. Alat peraga tactual atau audio yaitu alat
peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau pendengaran. Alat peraga
tersebut antara lain:
1. benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan
2. benda asli yang diawetkan : binatang liar/buas atau yang
sulit di dapatkan
3. benda asli yang dikeringkan
4. benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat
pernafasan.
Fasilitas penunjang
pendidikan untuk anak tunanetra secara umum sama dengan anak normal, hanya
memerlukan penyesuaian untuk informasi yang memungkinkan tidak dapat dilihat,
harus disampaikan dengan media perabaan atau pendengaran. Fasilitas fisik yang
berkaitan dengan gedung, seharusnyajumlah
parit yang sedikit dan variasi tinggi
rendah lantainya, menghindari dinding yang
mempunyai sudut lancip dankeras. Perabot sekolah sedapat mungkin memiliki sudut yang tumpul.
Fasilitas penunjang
pendidikan yang diperlukan anak tunanetra menurut Anastasia Widjajanti dan
Immanuel Hitipeuw (1995) adalah Braille dan peralatan orientasi dan mobilitas,
serta media pelajaran yang memungkinkan anak untuk memanfaatkan fungsi peraba
dengan optimal.
Fasilitas pendidikan bagi anak tunanetra antara lain
adalah :
a. Huruf Braille
Huruf Braille merupakan fasilitas
utama penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunanetra. Huruf Braille ditemukan
pertama kali oleh Louis Braille. Cara membaca huruf Braille sama seperti pada
umumnya yaitu dari kiri ke kanan. Sedangkan untuk menulis, prinsip kerjanya
berbeda dengan membaca. Cara menulis huruf Braille tidak seperti pada umumnya
yaitu mulai dari kanan ke kiri, biasanya sering disebut dengan menulis secara
negatif. Jadi menulis Braille secara negatif akan menghasilkan tulisan secara
timbul positif, yang dibaca adalah tulisan timbulnya.
Ada tiga cara untuk menulis
Braille, yaitu dengan (1) reglet dan pen atau stilus, (2) mesin tik Braille,
dan (3) computer yang dilengkapi dengan printer Braille. Media yang digunakan
berupa kertas tebal yang tahan lama (manila, atau yang lain). Kertas standar
untuk Braille adalah kertas braillon.
b. Tongkat putih
Tongkat putih merupakan fasilitas
pendukung anak tunanetra untuk orientasi dan mobilitas. Dengan tongkat putih
anak tunanetra berjalan untuk mengenali lingkungannya. Berbagai media alat
bantu mobilitas dapat berupa tongkat putih, anjing penuntun, kacamata
elektronik, tongkat elektronik.
Program latihan orientasi dan
mobilitas meliputi jalan dengan pendamping
awas, jalan mandiri, dan latihan bantu diri (latihan di kamar mandi dan WC,
latihan di ruang makan, latihan di kamar tidur,
latihan di dapur, latihan di kamar tamu) dan latihan orientasi sekolah.
c. Laser cane (tongkat laser)
Tongkat laser adalah tongkat
penuntun berjalan yang menggunakan sinar inframerah untuk mendeteksi rintangan yang ada pada jalan yang akan dilalui
dengan memberi tanda lisan (suara), serta dapat juga menggunakan
alat bantu yang lainnya yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
PEMBAHASAN
PROFIL SEKOLAH
1. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SKh.
Negeri 02 Kota Serang
N.I.S : -
N.S.S : 1027. 20605332
NPSN DIKDAS :
20605332
NPSN DIKMEN : 55720007
Alamat
Sekolah
a. Jalan : Jl. Raya Petir, Kp. Prapatan
b. Desa / Kelurahan : Curug
c. Kecamatan : Curug
d. Kota : Serang
e. Provinsi : Banten
Nomor
Telepon
: -
Kode Pos : 42171
Surat Keputusan
/ SK : 800/0077-Dindik/2005
Tgl. 31 Mei 2005
Penerbit SK
(di tandatangani oleh): Kepala Dinas
Tahun
Berdiri : 2005
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : B
Bangunan Sekolah : Milik Pemerintah
Kegiatan
Belajar Mengajar : Pagi
Kondisi
Tanah Bangunan
a. Luas Tanah : 10.000 m2
b. Luas Bangunan : 5.000
m2
Sarana dan
Prasarana Sekolah:
Ø Gedung Sekolah
Ø Perpustakaan
Ø Keterampilan Komputer / ICT
Ø Keterampilan Tata Busana
Ø Keterampilan Tata Boga
Ø Keterampilan Outomotif
Ø Keterampilan Tata Rias
Ø Ruang Terapi
/ UKS
Ø Mushola
Ø Taman
Bermain
II. IDENTITAS
SISWA
Nama : Tita Arisky
Umur : 13 tahun
Nama anggota
keluarga :
Ibu : Ren Falah
Kakak : Seto
Yang
mengantar dan menjemput sekolah: Ibu
Nama ibu
guru : Ibu Yanti, S.pd
Nama
teman-teman : Yusuf, Zayan, Dea
Cita-cita : Guru ngaji
Karakteristik anak tunanetra:
·
Ciri-ciri fisik:
-
Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang
pada jarak 6 m.
-
Kesulitan
mengambil benda kecil didekatnya.
-
Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
-
Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,
-
Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh.
-
Tidak mampu
melihat.
-
Mata
bergoyang terus
·
Intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya
tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada
pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki
kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi
negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah,
bahagia dan sebagainya
·
Sosial
-
Menutup diri
-
Perasaan mudah tersinggung
-
Curiga terhadap orang lain
-
Mengenal orang lewat suara/rabaan
-
Antisipasi terhadap orang yang pernah mengecewakannya
III. PELAKSANAAN OBSERVASI
1. Tempat Observasi
a. Nama Sekolah : Sekolah
Khusus Negeri 02 Kota Serang
b. Alamat : Jl. Raya
Petir, Kp. Prapatan
c. Kelurahan : Curug
d. Kecamatan : Curug
e. Kabupaten/kota : Kota Serang
2. Waktu Observasi
Kegiatan observasi dilakukan di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, yang dilaksanakan pada hari Senin 13 September mulai
pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB.
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang mengalami gangguan penglihatan (Tuna Netra) di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, dengan jumlah siswa sebanyak 5 anak yang
terdiri dari 1 orang siswa kelas 5, 6
SD dan kelas 1, 2, dan 3 SMP. Akan tetapi subjek penelitian kami adalah siswa
kelas VI yang bernama Tita Arisky.
4.
Hasil Observasi
Berdasakan hasil observasi yang telah kami lakukan pada siswa yang
mengalami gangguan penglihatan (Tuna Netra) di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, di SD tersebut terdapat lima orang
siswa yang mengalami gangguan penglihatan. Di Sekolah Khusus tersebut menerima
berbagai siswa yang mengalami ketunaan, baik itu tunanetra, tunarungu,
tunadaksa, tunagrahita, autis dan lain sebagainya. Namun kami tidak menemukan
siswa yang mengalami tunalaras. Dalam kelas ini proses pembelajaran
dilaksanakan secara umum seperti pada SD reguler lainnya, namun ada perbedaan
bagi siswa yang mengalami gangguan penglihatan. Metode yang digunakan
adalah metode ceramah yang dipadukan dengan alat peraga supaya siswa mengetahui
konsep yang sebenarnya. Misalnya, pada pelajaran IPS guru menyediakan peta dan globe timbul dan mata pelajaran Matematika
menggunakan peraga geometri seperti bangun ruang (kubus, bola, balok, kerucut,
prisma dll).
Kurikulum yang digunakan di
Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang adalah KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Pada
jenjang pendidikan dasar (SD) masih menggunakan KTSP dan pada jenjang pendidikan
menengah (SMP) menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum , strategi pembelajaran,
dan evaluasi pembelajaran yang ada di SKhN 02 Serang yang digunakan sama
seperti sekolah pada umumnya, hanya memerlukan modifikasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
Nama siswa berkebutuhan khusus
yang telah kita wawancarai bernama Tita Ariski dia menglami hambatan dalam
penglihatan/tunanetra sejak lahir, Tita berasal dari Sumatera selatan dan
pindah ke Sekolah khusus negeri 02 kota serang pada tahun 2013. Saat pindah ke
SKHN 02 kota serang Tita belum bisa membaca dan menulis huruf braile sehingga
Tita diturunkan level pembelajarannya yang lebih rendah, ini dilakukan agar
Tita belajar sesuai dengan kemampuannya.
Tahapan dalam mengajarkan
membaca dan menulis dimulai dari memperkenalkan
angka, tanda baca dan huruf-huruf braile. Mengenalkan posisi buku dimana
letak tepi kanan-kiri maupun atas-bawah sehingga memudahkan dalam membaca
(orientasi atas-bawah). Kemudian memperkenalkan kalimat dalam satu baris, dan
bagaimana cara membaca pada baris berikutnya (pindah baris) yaitu dengan
berpindah baris dengan cara zig-zag. Dalam memperkenalkan huruf-huruf braile
awalnya menggunakan alat yang disebut dengan papan braile. Salah satu bentuk
kegiatan belajar yang dilakukan Tita yaitu menyusun kalimat yang ditulis
menggunakan huruf braile serta menemukan kata-kata yang sulit dipahami.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah Khusus Negeri 2 Kota Serang
berlangsung selama enam hari dari hari senin-sabtu dari pukul 07.30-11.00 WIB,
di SKHN 2 kota serang juga di ajarkan orietantasi mobilitas seperti :
·
Berpindah
tempat ( contohnya: mengajarkan cara duduk yang benar dan rapih, menghafal tata letak benda yang ada didalam
ruangan)
·
Bina diri (
mengenal bagian tubuhnya sendiri dan memperhatikan batasan-batasan bagian tubuh
mana yang boleh di sentuh dan tidak
boleh di sentuh oleh orang lain)
·
Melatih
kemandirian siswa ( seperti mencuci, mandi, memasak, mengambil benda milik
pribadi seperti tongkat dan alat tulis nya sendiri)
Alat peraga yang digunakan
dalam proses pembelajaran diantaranya: peraga geometri, mesin ketik Braile,
Reglet, kertas Braille, papan braille dan lain sebagainya. Dalam penulisan
huruf Braille, jika terdapat kesalahan penulisan cukup dengan menekan huruf
yang salah sampai tidak teraba lagi titik-titik huruf Braille tersebut.
Kelemahan dalam proses pembelajaran yang terjadi di Sekolah Khusus Negeri 02 ini adalah:
a) Keterbatasan
tenaga pengajar, sehingga satu guru dapat mengajar dua jenjang
kelas dengan jenis kelainan yang sama;
b) Sulit menyesuaikan materi
pelajaran antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Karena semua siswa
tunanetra ditempatkan di satu kelas yang sama. Sedangkan tenaga pengajar
dikelas tersebut hanya satu guru. Hal ini memperlambat proses belajar
karena hanya satu guru yang menangani lima siswa bahkan yang berbeda jenjang pendidikannya.
Evaluasi pembelajaran hampir sama dengan sekolah
normal hanya saja saat Ujian menggunakan huruf Braile.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari laporan hasil observasi
anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan (tunanetra) di
Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, antara lain:
Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami
gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan
khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
Karakteristik
anak tunanetra:
·
Ciri-ciri fisik:
- Kurang
melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
- Kesulitan
mengambil benda kecil didekatnya.
- Tidak dapat
menulis mengikuti garis lurus.
- Sering
meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,
- Bagian bola
mata yang hitam berwarna keruh.
- Tidak mampu
melihat.
- Mata
bergoyang terus
·
Intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya
tidak berbeda jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada
pada batas atas sampai batas bawah. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki
kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi
negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah,
bahagia dan sebagainya
·
Sosial
- Menutup diri
- Perasaan mudah tersinggung
- Curiga terhadap orang lain
- Mengenal orang lewat suara/rabaan
- Antisipasi terhadap orang yang pernah
mengecewakannya
Kurikulum, strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang ada di YKAB
sama dengan sekolah umum, hanya memerlukan modifikasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Evaluasi pembelajaran hampir sama dengan sekolah normal hanya saja saat
Ujian menggunakan huruf Braile.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan proses pembelajaran yang optimal
di Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang, sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran perlu ditingkatkan terutama alat peraga bagi tunanetra.
Selain itu perlunya penambahan jumlah tenaga pendidik khususnya untuk guru
mengajar siswa tunanetra, agar kegiatan pembelajaran berjalan lebih efektif.
LAMPIRAN
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar