Minggu, 03 Januari 2016

nasihat ayah kepada anak part 2

📚 KELUARGA & TADABBUR QUR'AN

📝 Pemateri: DR. WIDO SUPRAHA

📋 NASEHAT AYAH KEPADA ANAK (bag - 2, selesai)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

🔆 Ayah melanjutkan pelajarannya dengan mengingatkan seorang anak untuk mencurahkan perhatiannya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, wa bil khushus, ibunya. Seorang anak harus belajar mensyukur nikmat Allah, nikmat memiliki ayah dan ibu yang shalih dan shalihah. 

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. [Q.S. 31.14]

🔆 Iman seorang anak adalah kepada Sang Pencipta, bukan kepada ayah dan ibunya. Kalaupun ia berbakti kepada orang tuanya, itu murni karena penghambaannya kepada Allah Rabbul Izzati wal Jalalah, bukan karena orang tuanya. Oleh karenanya, ada kalanya orang tua tersimpangkan hidupnya mengkhianati imannya kepada Allah, maka syariat ini mengajarkan umatnya untuk tetap birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), dan mengedepankan akhlak yang mulia dalam bab muamalah sembari sentiasa berusaha mengingatkan untuk kembali ke jalan yang lurus (ash-shirathal mustaqim). Pelajaran ini harus disampaikan oleh seorang ayah. 

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Q.S. 31.15]

🔆 Keyakinan bahwa Allah sentiasa mengawasinya (muraqabatullah), memiliki kunci-kunci keghaiban sehinga mengetahui hingga hal-hal yang terkecil sekalipun, meskipun sehelai daun yang gugur, meskipun sebutir biji yang jatuh dalam kegelapan malam, meskipun ia tersimpan rapat di hati manusia. Allah telah menuliskannya di Lauh al-Mahfuzh, dan Allah akan memberikan balasan dengan Maha Sempurna dan Maha Adil. (Lukman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. [Q.S. 31.16]

🔆 Perhatikanlah, bagaimana taujih rabbani Allah kepada seorang ayah untuk membangun kekuatan jiwa seorang anak. Saat kekuatan jiwa itu telah kokoh, barulah ayah mengajarkan dan membiasakan seorang anak tata cara ibadah yang benar sebagai wujud syukur, dan kunci semua ibadah adalah shalat. Shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab, dan menentukan apakah amalah kebaikan lainnya akan dihisab ataukah tidak tergantung baiknya shalat. Maka seorang anak diajarkan untuk tidak sekedar memahami bahwa shalat adalah kewajiban, akan tetapi shalat harus dinikmati, dinanti, dan dirindukan. Ia menjadi sarana seorang manusia untuk berkhalwat kepada Sang Pencipta, realisasi miraj ruhani. Kehidupan adalah waktu yang disiapkan Allah untuk menegakkan shalat, dan sembari menunggu waktu shalat, manusia mengisi waktunya dengan bekerja, belajar, mengajar, dan berdakwah, bukan sebaliknya, bukan shalat yang menanti dirinya. Persepsi seperti inilah yang akan melahirkan pribadi yang mampu shalih tidak hanya di dalam masjid, tetapi dalam seluruh praktik kehidupannya di luar masjid. 

Hai anakku, dirikanlah salat dan serulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). [Q.S. 31.17]

🔆 Kesombongan, menolak kebenaran dan merendahkan manusia, tidak mungkin akan terlahir dari pribadi yang kokoh dasar imannya dan terlatih dalam kesinambungan ibadah yang benar. Maka tidak akan sulit bagi seorang ayah mengajarkan ilmu ini kepada anaknya, anak  yang akan semakin tawadhu seiring ilmu yang semakin banyak yang ia terima, anak yang tidak memilih-milih sahabat kecuali karena pertimbangan keshalihannya, anak yang bagus tutur katanya, karena memiliki motivasi hidup yang benar, yang akan menyuntikkannya energi asa yang tak pernah putus, bahkan berlimpah sehingga mampu dibaginya kepada alam semesta. 

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. [Q.S. 31.18] Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [Q.S. 31.19].

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

sumber : Kajian Iman dan Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar