📚 KELUARGA & TADABBUR QUR'AN
📝 Pemateri: DR. WIDO SUPRAHA
📋 NASEHAT AYAH KEPADA ANAK (bag - 2, selesai)
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁
🔆 Ayah melanjutkan pelajarannya dengan
mengingatkan seorang anak untuk mencurahkan perhatiannya untuk berbuat baik
kepada kedua orang tuanya, wa bil khushus, ibunya. Seorang anak harus
belajar mensyukur nikmat Allah, nikmat memiliki ayah dan ibu yang
shalih dan shalihah.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” [Q.S. 31.14]
🔆 Iman seorang anak adalah kepada Sang
Pencipta, bukan kepada ayah dan ibunya. Kalaupun ia berbakti kepada orang
tuanya, itu murni karena penghambaannya kepada Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah, bukan
karena orang tuanya. Oleh karenanya, ada kalanya orang tua tersimpangkan
hidupnya mengkhianati imannya kepada Allah, maka syariat ini mengajarkan
umatnya untuk tetap birrul walidain (berbakti kepada kedua orang
tua), dan mengedepankan akhlak yang mulia dalam bab mu’amalah sembari
sentiasa berusaha mengingatkan untuk kembali ke jalan yang lurus (ash-shirathal
mustaqim). Pelajaran ini harus disampaikan oleh seorang ayah.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” [Q.S. 31.15]
🔆 Keyakinan bahwa Allah sentiasa mengawasinya
(muraqabatullah), memiliki kunci-kunci keghaiban sehinga mengetahui hingga
hal-hal yang terkecil sekalipun, meskipun sehelai daun yang gugur, meskipun
sebutir biji yang jatuh dalam kegelapan malam, meskipun ia tersimpan rapat di
hati manusia. Allah telah menuliskannya di Lauh al-Mahfuzh, dan Allah akan
memberikan balasan dengan Maha Sempurna dan Maha Adil. “(Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” [Q.S. 31.16]
🔆 Perhatikanlah, bagaimana taujih rabbani
Allah kepada seorang ayah untuk membangun kekuatan jiwa seorang anak. Saat
kekuatan jiwa itu telah kokoh, barulah ayah mengajarkan dan membiasakan seorang
anak tata cara ibadah yang benar sebagai wujud syukur, dan kunci semua ibadah
adalah shalat. Shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab, dan menentukan
apakah amalah kebaikan lainnya akan dihisab ataukah tidak tergantung baiknya
shalat. Maka seorang anak diajarkan untuk tidak sekedar memahami bahwa shalat
adalah kewajiban, akan tetapi shalat harus dinikmati, dinanti, dan dirindukan.
Ia menjadi sarana seorang manusia untuk berkhalwat kepada Sang Pencipta,
realisasi mi’raj ruhani. Kehidupan adalah waktu yang disiapkan Allah untuk menegakkan
shalat, dan sembari menunggu waktu shalat, manusia mengisi waktunya dengan
bekerja, belajar, mengajar, dan berdakwah, bukan sebaliknya, bukan shalat yang
menanti dirinya. Persepsi seperti inilah yang akan melahirkan pribadi yang
mampu shalih tidak hanya di dalam masjid, tetapi dalam seluruh praktik
kehidupannya di luar masjid.
“Hai anakku, dirikanlah salat dan
serulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Q.S. 31.17]
🔆 Kesombongan, menolak kebenaran dan
merendahkan manusia, tidak mungkin akan terlahir dari pribadi yang kokoh dasar
imannya dan terlatih dalam kesinambungan ibadah yang benar. Maka tidak akan
sulit bagi seorang ayah mengajarkan ilmu ini kepada anaknya, anak yang
akan semakin tawadhu’ seiring ilmu yang semakin banyak
yang ia terima, anak yang tidak memilih-milih sahabat kecuali karena
pertimbangan keshalihannya, anak yang bagus tutur katanya, karena memiliki
motivasi hidup yang benar, yang akan menyuntikkannya energi asa yang tak pernah
putus, bahkan berlimpah sehingga mampu dibaginya kepada alam semesta.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” [Q.S. 31.18] “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan
dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [Q.S. 31.19].
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
sumber : Kajian Iman dan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar