π SIROH DAN TARIKH
π Pemateri: Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP
π Bunda Pejuang Penggelora Semangat yang Pekiknya
adalah "Marilah kaum putri, hari ini adalah hari para pejuang"
πΏπΊπππΌππ·π
Nene Hatun lahir di kota Erzurum di pedalaman Anatolia (Asia Kecil)
sebelah timur tahun 1957 pada masa Turki Utsmani. Apa peran beliau pada
masanya, mari kita telusuri!
Ketika Turki Utsmani berperang melawan Russia pada tahun 1877-1878 sempat
terjadi kemunduran pada permulaan perang yang menyebabkan Benteng Aziziye di
kota Erzurum jatuh ke tangan Russia. Benteng ini merupakan salah satu kunci
pertahanan Turki Utsmani di front ini dan kejatuhannya pada 7 November 1877
merupakan pukulan yang telak. Pasukan Turki Utsmani mundur untuk menyusun
kekuatan, termasuk suami Nene Hatun, namun penduduk setempat punya rencana
lain.
Malam itu adik laki-laki Nene Hatun pulang dalam keadaan luka parah yang
menyebabkan kematiannya di pangkuannya. Setelah mengurus jenazah adik
laki-lakinya yang gugur mempertahankan benteng tersebut, Nene Hatun menitipkan
kepada orangtuanya kedua buah hatinya, yaitu anak bungsunya yang baru berusia 3
bulan dan kakak sang bayi yang juga masih balita. Jika seorang ibu telah menitipkan
anak-anaknya untuk berangkat perang maka patut diperkirakan bahwa kondisi sudah
sangat kritis.
Ia berangkat memanggul senapan adiknya dan berbekal kampak dapur
miliknya sendiri. Nene Hatun menyemangati para perempuan lain di desanya dan
berkumpul bersama penduduk Erzurum lainnya yang juga bertekad untuk merebut
kembali benteng Aziziye. Pasukan Russia di benteng tidak pernah menduga atau
menganggap remeh kekuatan penduduk yang sebagian besar terdiri atas barisan
perempuan.
Nene Hatun termasuk berada pada barisan terdepan dengan pekik
legendarisnya "marilah kaum putri, hari ini adalah hari para syuhada,
kalau para prajurit sudah tiada maka kita yang menghentikan (mereka)."
Pertempuran jarak dekat tidak terelakkan lagi ketika sekitar 6.000
penduduk (hanya terdiri dari 1.000 pria) bersenjata apa adanya menyerbu benteng
yang dipertahankan sekitar 3.000 pasukan Russia. Setelah pertarungan reda, Nene
Hatun ditemui pingsan dengan beberapa luka namun kampak tetap tergenggam erat
di tangannya. Pasukan Russia telah terdesak mundur dengan 2.000 korban jiwa dan
luka-luka; sebuah corengan atas balatentara bersenjata modern tersebut.
Setelah siuman, Nene Hatun mengatakan "mereka dengan
persenjataannya, kami dengan agama (Islam) kami.." berulang kali.
Nene Hatun hidup dalam usia yang panjang, suaminya dan anak laki-lakinya
gugur pada Perang Dunia Pertama.
Setahun sebelum beliau wafat, Jenderal Ahmet Nurettin Baransel
mengunjungi Nene Hatun secara resmi untuk menjadikannya "Bunda Bagi
Balatentara Ke-3" yang berbasis di Erzurum dan sebuah monumen dibangun
untuk menghormatinya. Beliau dinobatkan menjadi "Ibunya Kaum Ibu
Turki" pada hari Ibu tahun 1955. Beliau wafat dalam usia 98 tahun pada
tanggal 22 Mei 1955 dan dikebumikan di pemakaman khusus para 'sehit' (syuhada)
di dalam Benteng Aziziye.
Memang benar seorang ibu adalah madrasah pertama bagi keluarganya! Para
ibu adalah tiang kekuatan bagi negara. Bagaimana perhatian kita bagi pendidikan
kaum ibu dan generasi calon ibu?
Agung Waspodo,
Depok, 14 Desember 2015.
πΏπΊπππΌππ·ππΉ
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
sumber : Kajian Iman dan Islam - WA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar